Muaragembong, 18/04/2017 - Keberadaan lutung ( trancypitecus auratus)
di pesisir Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, terancam punah. Perubahan
lokasi, perburuan dan ketersediaan makanan serta minimnya perhatian dari
pemerintah daerah (Pemda) menjadi penyebab utama merosotnya populasi lutung.
Hewan langka yang dilindungi ini kini tinggal 40 puluhan ekor dari sebelumnya
berjumlah ratusan ekor.
Camat
Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Fahrurozi mengatakan, satwa ini jumlahnya
tinggal 40 ekor saja dari sebelumnya ratusan ekor. ”Hewan langka yang
dilindungi ini mulai punah karena perubahan lokasi, ”kata Fahrurozi saat
dihubungi saat dikonfirmasi.
Menurut
Fahrurozi, rumah yang selama ini menjadi lokasi perkembangbiakan para lutung
itu sudah tidak ada. Sejumlah pohon yang menjadi rumahnya berubah menjadi
tumbuhan mangrouve. “Kalau dulu mereka hidup di pepohonan, sekarang sudah tidak
lagi. Lebih banyak lahannya ditumbuhi mangrove,” ujarnya.
Bukan itu saja, kata Fahrurozi, perburuan
manusia terhadap Lutung itu masih marak. Para pemburu itu mengincar hewan
langka itu semata-mata untuk kepentingan komersil. “Kebanyakan di air keras
untuk dipajang di ruang tamu,” jelasnya.
Bahkan,
kata Fahrurozi, kepunahan Lutung itu diketahui setelah tahun 2016 sudah ada
empat lutung mati. Penyebabnya, karena mereka tidak mendapat pasokan air
sungai. Seluruh hewan itu terpaksa meminum air asin yang bukan konsumsinya.
“Kalau musim kemarau di Muara Gembong air menjadi asin, jadi mereka tidak bisa
meminumnya. Jadi pada tahun 2016 lalu ada empat lutung yang mati,” jelasnya.
Dia
berharap setelah lokasi tersebut dibebaskan dapat menjadi lokasi khusus bagi
habitat lutung agar populasinya terus terjaga. “Kami sih ingin pembebasan itu
secepatnya. Kami juga berharap agar dapat dijadikan lokasi khusus bagi lutung
supaya tidak punah karena memang ini kan satu-satunya di Bekasi,” ucapnya.
Selain
itu, Fahrurozi mengaku, untuk melestarikannya, berbagai upaya terus dilakukan
untuk menjaga populasi lutung. Salah satunya, dengan patroli rutin yang
dilakukan oleh anggota kepolisian, imbauan dan larangan berburu juga terus
digencarkan di lokasi habitat lutung jawa. “Kalau nggak diimbau gitu nanti bisa
habis, punah. Kalau dibiarkan (perburuan) habis lama-lama,” ujarnya.
Sementara itu,
Pemerhati lingkungan Muara Gembong, Yusup Maulana, pemuda yang biasa disapa
Ucie mengatakan, keberadaan masyarakat Desa Pantaio Bahagia yang dekat dengan
lokasi habitat lutung masih belum peka. Sebab, pertumbuhan penduduk di lokasi
tersebut banyak diisi oleh penduduk urban. “Penduduknya masih cuek, tidak
peduli dengan keberadaan satwa langka ini,” jelasnya.
Ucie menjelaskan,
belum ada perhitungan yang pasti atas jumlah lutung tersebut. Namun, keberadan
mereka berada di pesisir laut Jawa, yang berhubungan sampai Cirebon dan Banten.
“Tapi jumlahnya paling banyak di Muara Gembong. Kalau di titik wilayah lain,
hanya dua atau sampai lima ekor,” imbuhnya.
Sampai sekarang kata
dia, belum ada perhatian sama sekali dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Bahkan, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam sempat mendatangi lokasi
Muaragembong, tapi belum ada tindakan. “Padahal, ini adalah identitas dari
Lutung Jawa,” tandasnya. (*)
sumber : http://megapolitan.indopos.co.id/read/2017/03/11/90775/Lutung-Muara-Gembong-di-Tanah-Air-Nyaris-Punah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar